Kamis, 17 November 2011

ASEAN Tak Mau Dimainkan Negara Besar

WorldNews - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tidak akan membiarkan kawasannya menjadi ajang persaingan negara-negara besar dalam isu Laut China Selatan. ASEAN bertekad untuk senantiasa menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan. 

“Karena itu,kita sangat berkepentingan untuk bisa memberikan tatanan yang jelas atau code of conduct, sehingga kepedulian- kepedulian negara non-Asia Tenggara bisa disesuaikan dengan kepentingan negara-negara ASEAN,” ungkap Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa, menjawab pertanyaan wartawan terkait kondisi di Laut China Selatan serta rivalitas China dan Amerika Serikat (AS) di Nusa Dua,Bali,kemarin.

Marty menjelaskan, code of conduct itu merupakan skenario yang jelas, berupa rancangan kode etik berperilaku dalam menghadapi isu Laut China Selatan.Menurut Marty, keengganan ASEAN menerima proposal Filipina yang ingin ASEAN satu front menghadapi China dalam sengketa di Laut China Selatan bukan berarti organisasi kawasan itu lemah.

“Kami ingin yang menetralkan, meniadakan kesalahpahaman dan kehilangan kepercayaan. Kami mengutamakan dialog dan diplomasi,”tutur Marty. Laut China Selatan merupakan isu yang sangat krusial dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-19 ASEAN di Nusa Dua, Bali.Banyak negara ASEAN terlibat dalam konflik di Laut China Selatan seperti Filipina dan Vietnam.

Selain itu, ada dua kekuatan besar yang terkait masalah ini yakni Amerika Serikat dan China. Filipina sebelumnya mengkritik ASEAN yang dianggap gagal menekan China dalam isu konflik di Laut China Selatan. Kritik itu bertepatan dengan kunjungan Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton ke Manila.

Filipina berharap Washington bersedia membantu menyelesaikan konflik maritim yang melibatkan klaim China atas Kepulauan Spratly dan Paracel. Selain Laut China Selatan, isu kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Australia sebagai bentuk penegasan pengiriman tentara tambahan Amerika di Australia juga menjadi perhatian.

Marty meminta Amerika Serikat menjelaskan masalah itu secara transparan demi menghindari ada kesalahpahaman. “Jika tidak ada transparansi, upaya yang telah ditempuh ASEAN di Laut China Selatan akan menjadi rusak.Saya tidak ingin melihat ada reaksi yang provokatif, yang membalikkan keadaan,dan menciptakan rasa saling tidak percaya,”katanya.

Di bagian lain, Kimihiro Ishikane, Deputi Direktur Jenderal Hubungan ASEAN dan Asia Baratdaya,Kementerian Luar Negeri Jepang, mengatakan, peta kekuatan dunia sekarang ini berubah drastis. Saat ini pusat kekuatan dunia ada di ASEAN. Menurut Ishikane, ASEAN memiliki momentum tepat untuk terus berkembang.ASEAN merupakan perkumpulan negara yang terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai negara lainnya.

“Misalnya,ada ASEAN Plus China, Rusia, Jepang, dan sebagainya. Itu berbeda dengan Uni Eropa yang lebih fokus dalam kerja sama antarnegara Eropa semata,”katanya. Diamengungkapkan,Jepang siap membantu ASEAN mengembangkan konektivitas di antara negara-negara anggotanya.

Konektivitas ASEAN harus ditingkatkan, terutama Koridor Ekonomi Selatan,Koridor Ekonomi Maritim ASEAN,dan proyek infrastruktur di negaranegara ASEAN. Jika konektivitas itu diperbaiki, distribusi semakin lancar, sehingga kerja sama antaranggota ASEAN lebih baik. “Konektivitas Indonesia- Filipina dapat dikembangkan dengan transportasi kapal,”kata Ishikane.

Adapun konektivitas di Indochina dapat dikembangkan dengan mengembangkan transportasi melalui arteri sungai. Selain itu, Ishikane juga menegaskan perlunya mengembangkan Koridor Selatan yang menghubungkan Ho Chi Minh, Phnom Penh, Bangkok, dan Dawei. “Jika itu dikembangkan, akan menguntungkan dalam hal transportasi dan distribusi barang,”ucapnya.

Jepang telah membuat peta khusus untuk mendukung konektivitas ASEAN. Di dalam peta itu sangat jelas kebutuhan negara-negara ASEAN mengembangkan sistem transportasi dan membangun infrastruktur. “Pemerintah Jepang siap membantu negara-negara ASEAN dalam mengembangkan konektivitasnya. Jepang siap bekerja sama dengan Asian Development Bank dan berbagai organisasi internasional lainnya, ”paparnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, komunitas ASEAN adalah kelompok yang memiliki semangat sentralitas,kebersamaan, dan kolektif tinggi. ASEAN akan mampu menghadapi gejolak perekonomian yang melanda Amerika dan Eropa. “Investasi di ASEAN saat ini sangat menarik bagi negara lain.Kawasan ini dinilai sebagai kawasan yang tahan terhadap krisis,”ujar Gita.

Deputi Bidang Kerja Sama Investasi BKPM Achmad Kurniadi menuturkan, sampai saat ini kinerja investasi ASEAN telah menunjukkan perkembangan sangat baik, terutama pascakrisis keuangan global pada 2008.

Hingga tahun lalu nilai investasi asing yang masuk ke ASEAN mencapai rekor tertinggi yaitu USD75,8 miliar. Sumber dana terbesar berasal dari Uni Eropa sebesar 22%, intra-ASEAN 16%, Jepang 11%,dan Amerika Seikat 11%. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar